Kamis, 02 Juli 2015

Chiken golden blue

"Chiken golden blue terasa hambar ketika di makan tampa saus sambal dan tomat" itulah kata kata yg keluar dari mulut nya.

Sore itu di solaria gajah mada plaza,  kami pesan 2 buah chiken golden blue, lemon tea, lemonade dan sebuah teh manis hangat. Terlihat nikmat ketika di makan saat berbuka puasa,  tapi sayang nya dia lagi ga puasa, jadi dia memakan sepotong demi sepotong kentang goreng yang ada di chiken golden blue tersebut,  membuat gue hampir meneteskan air liur gue, hehehe 😊...

Dari awal pertemuan hingga pukul 17:30 WIB hanya di isi dengan obrolan obrolan yang membosankan, seperti "lo udh pindah kerja ya?" , "gimana naik gunung nya? Asyik ga?",  "eh lo masih tinggal di pasar rumput? ". Harus nya pertanyaan itu di lontarkan oleh orang yang baru 2 atau 3 kali pertemuan,  bukan orang yang sudah kenal hampir 4tahun. Obrolan gue terlihat kaku seperti kain kanebo yang di jemur 4 hari, garing......

Gue sadar gue terlalu bamper ketemu dia, seperti ke rewiend masa masa ketika kami masih asyik ngobrolin orang bareng, ngecengin orang lain,  mendengarkan curhat nya, membuat suasana bukber kami menjadi kikuk. Rezza begoo.....!!!

Gue coba untuk mencairkan suasana yang kurang enak itu dengan mencari tempat yg asyik untuk ngobrol sambil ngopi. Gue pilih taman monas, dan kebetulan katanya dia belum pernah ke monas malam hari. Tapi serperti nya hari itu monas terlihat lebih gelap dari biasanya,  Ketika gue tanya ke abang abang kerak telor ternyata monas di tutup untuk umum hingga lebaran, suasana kikuk di tambah lagi monas yg tutup membuat dia lebih BT, jujur bisa gue lihat dari bola matanya dan sikap nya yang asyik sendiri dengan smartphone nya.

Akhirnya gue mengantarkan dia ke stasiun manggarai dan seperti chiken golden blue tanpa saus, perjalanan kami dari monas hingga manggarai terasa hambar, Di dalam perjalanan pikiran gue kosong beberapa kali hampir menabrak,  hingga dia bilang "mungkin lo lapar, hahaha"
Sesampainya di stasiun manggarai dia menanyakan kenapa dari tadi gue diam saja, dan gue membalas hanya dengan senyum tipis di bibir gue dengan helaan nafas yg berat, perlahan demi perlahan dia menghilang di mata gue menjauh masuk ke stasiun.

Di rumah nyokap melihat muka gue yang penuh dengan Lelah dan rasa galau,  Lalu bertanya dengan rasa penasaran , tp gue memberikan kebohongan demi menutupi rasa gue ini, dan entah kenapa naluri seorang ibu yg begitu tajam hingga dia berkata "za inget di setiap gelap ada cahaya kecil, di setiap rasa sakit ada pembelajaran, maka dari itu kamu pantas bahagia tong" gue hanya senyum lalu menulis tulisan ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar